Bogor (05/05) – Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) meresmikan Center for Quantum Security Ecosystem (CQSE) pada acara Seminar Internasional yang berjudul, “Quantum Security for Digital Sovereignty: National Cyber Defense Strategies in the Era of Quantum Computing“. Acara ini dibuka oleh Rektor Unhan RI bapak Letjen TNI (Purn) Jonni Mahroza, S.I.P., M.A., M.Sc., Ph.D. Yang merupakan momentum strategis dalam memperkuat ketahanan siber nasional untuk mengahadapi era Komputasi Quantum. Kegiatan ini berlangsung secara daring (Zoom Meeting) dan luring yang bertempat di Ruang Teater Gedung Auditorium Kampus Bela Negara Unhan RI Sentul, Bogor.
Dalam sambutannya, Rektor Unhan RI menegaskan bahwa pentingnya penguasaan teknologi kuantum untuk mempertahankan kedaulatan digital Indonesia. Ancaman siber berbasis kuantum bukan spekulasi untuk masa depan melainkan realita yang perlu di respon saat ini. Tantangan ini tidak dapat diatasi secara terpisah, kolaborasi yang kuat antara akademisi, industri, pemerintah dan mitra internasional sangat diperlukan dalam membangun arsitektur pertahanan siber nasional yang tangguh di era digital. Sinergitas adalah kunci untuk mendorong inovasi dan memberikan solusi yang dapat diterapkan berkelanjutan.
Dengan berdirinya CQSE, Unhan RI mempertegas komitmennya untuk menjadi pusat unggulan keamanan siber kuantum di Asia Tenggara. Diharapkan, langkah ini mendorong kolaborasi jangka panjang dalam riset, pertukaran teknologi, dan pengembangan SDM pertahanan berbasis kuantum.

PT. Tams Global, Tohang.


Dalam forum ini, Unhan RI juga mengumumkan agenda strategis pembangunan sistem keamanan kuantum nasional, meliputi:
- 2025–2027: Pembentukan pusat riset bersama BRIN, BSSN, dan TNI; pembangunan testbed Quantum VPN untuk komunikasi pemerintah dan militer.
- 2027–2030: Implementasi standar PQC dan QKD di jaringan strategis nasional serta pembentukan pusat operasional Quantum Security Operation Center (Q-SOC).


Narasumber 1, Prof. Okyeon Yi (Guru Besar Program Studi Cyber Security Universitas Kookmin – Korea Selatan) memaparkan ancaman algoritma kuantum terhadap sistem kriptografi lama seperti RSA dan ECC, serta pentingnya Quantum Key Distribution (QKD) dan Post-Quantum Cryptography (PQC).


Narasumber 2, Junghyun “Francis” Baik, B.S., M.S. (Chief Financial Officer and Direktur Eksekutif EYL Co., Ltd – Korea Selatan) memaparkan bagaimana Korea Selatan membangun ekosistem industri komunikasi kuantum melalui kemitraan lintas sektor dan pendekatan nasional.



Narasumber 3, Marsekal Pertama TNI Prof. Dr. Ir. Rudy Agus Gemilang Gultom, M.Sc., CEH., CIQaR., IPM., ASEAN Eng (Rektor Universitas Nurtanio Bandung) memaparkan pentingnya integrasi riset, kebijakan, dan industri untuk mendorong hilirisasi teknologi keamanan kuantum dalam negeri. Keamanan kuantum bukan semata soal teknologi, melainkan menyangkut kedaulatan dan kepercayaan publik. Kita perlu kolaborasi lintas sektor dan lintas negara untuk menjawab tantangan global. Dan dimoderatori oleh Prof. Ir. J.W. Saputro, M.Sc., MBA., Ph.D (Ketua Satuan Tugas High Performance Computing ASEAN).


Acara ini didukung oleh berbagai lembaga strategis (termasuk BSSN, BRIN, Universitas Nurtanio Bandung, Pemerintah Korea Selatan, Kookmin University, EYL Inc., dan Axgate). Peserta seminar terdiri dari perwakilan Kementerian Pertahanan RI, Kominfo, BIN, BAIS, Telkom, PERURI, sivitas akademika Unhan RI, serta pelaku industri pertahanan dan keamanan siber.

